Jumat, 22 Februari 2008

SEEKOR SEMUT DAN SEBUAH SOFTLENS

Brenda adalah seorang gadis muda yang diajak mendaki tebing
oleh teman-temannya. Walau sebenarnya ia takut melakukannya,
ia memutuskan untuk tetap pergi bersama mereka mendaki sebuah
tebing granit yang curam.

Di luar rasa takutnya itu, ia memasang perlengkapannya, berpegang
pada tambang dan kemudian memulai pendakian. Akhirnya ia sampai
pada suatu pijakan di mana ia bisa menarik nafas sejenak. Tetapi
di saat ia tengah berhenti, secara tidak sengaja matanya terbentur
tali pengaman yang terikat di tubuhnya sehingga membuat soft-lensnya
terlepas. Ia tengah di suatu pijakan tebing yang berada ratusan meter
di atas tanah dan ratusan meter pula tebing di atasnya yang masih
harus didaki.

Ia melihat dan melihat sekelilingnya, sambil berharap dapat
menemukan soft-lensnya yang terlepas itu, tapi ternyata ia tidak
dapat menemukannya. Ia berada jauh dari rumah dan penglihatannya
sekarang buram.Ia putus asa dan mulai merasa gelisah, kemudian
ia mulai berdoa kepada Tuhan agar menolongnya menemukan
soft-lens itu.

Ketika ia sampai di puncak tebing, temannya membantu mencari
dengan memeriksa bajunya dengan harapan dapat menemukannya,
tetapi soft-lens itu tetap tidak dapat ditemukan. Ia duduk dgn
perasaan yang hilang pengharapan, beristirahat dengan sebagian
rombongan sambil menunggu rombongan lainnya.

Sambil termenung, Brenda melihat gunung-gunung di sekitarnya,
tiba-tiba teringat olehnya sepotong bagian dari ayat Alkitab yang
tertulis, "mata Tuhan menjelajah seluruh bumi" (II Tawarikh 16:9).
Ia kemudian berdoa di dalam hatinya, "Tuhan, Engkau dapat melihat
semua gunung-gunung. Engkau juga mengetahui setiap daun dan
batu yang ada di gunung ini, dan Engkaupun tahu dengan pasti
di mana soft-lensku berada. Ya Tuhan, tolonglah aku."

Akhirnya mereka turun ke bawah melalui jalan yang kecil.
Sesampainya di bawah, mereka bertemu dengan rombongan lain
yang baru mau memulai pendakian. Tiba-tiba seorang dari mereka
berteriak, "Halo teman, adakah di antara kalian yang kehilangan
soft-lens?"

Tentu saja hal ini cukup mengejutkan, tetapi tahukah anda bagaimana
pendaki itu menemukannya?

Pendaki itu melihat seekor semut kecil sedang bergerak secara
perlahan di permukaan tebing sambil membawa sebuah soft-lens.

Brenda memberitahukan saya bahwa ayahnya adalah seorang kartunis.
Ketika bercerita kepada ayahnya mengenai kejadian luar biasa tentang
seekor semut, doa dan soft-lensnya yang hilang, ayahnya kemudian
menggambar sebuah kartun tentang seekor semut memikul sebuah
soft-lens dengan tulisan, "Tuhan, aku tidak tahu mengapa Engkau
menginginkan aku untuk membawa benda ini. Saya tidak dapat
memakannnya dan benda ini sangatlah berat. Tetapi bila itu memang
kehendakMu, aku akan membawakannya untukMu."

Tuhan Yesus telah merendahkan diriNya dan rela menderita
menanggung semua beban dosa kita. Biarlah kita juga belajar
merendahkan diri, sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa dan
satu tujuan. Adakalanya dalam keadaan yang sukar, kita dapat belajar
untuk berseru, "Tuhan, saya tidak mengerti mengapa Engkau
menginginkan saya memikul beban ini. Saya tidak melihat ada hal
yang berguna di dalamnya dan beban ini sangatlah berat. Tetapi kalau
ini adalah kehendakMu, saya akan melakukannya."

Janganlah meminta pelayanan sesuai kekuatan kita, tetapi mintalah
kekuatan sesuai dengan pelayanan kita.

"Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan
kepadaku." Filipil 4:13.

* A true story by Josh & Karen Zarandona

Tidak ada komentar: