Kamis, 21 Agustus 2008

Kawin Secara OTAK

Salah seorang teman cewekku pernah berkata bahwa dia tidak mencintai pacar barunya begitu pula sebaliknya namun dia tetap menjalaninya bahkan mereka sudah mulai berpikir hal-hal yang akan terjadi ketika merit nanti. Berapa anak yang akan mereka 'bikin', berapa kilogram susu yang akan diberikan, berapa biaya babysitter yang dibutuhkan, berapa biaya sekolah, dll. Temenku juga sudah pasang syarat-syarat sebelum jadian dimana salah satunya dengan berkata tidak mau bekerja nanti klo sudah merit dengan alasan bahwa bekerja adalah tugas suami/cowok sedangkan istri tugasnya adalah melahirkan anak dan memelihara anak dan membesarkannya. Do you??

Dia berkata bahwa didalam hubungan suami istri CINTA adalah nomor sekian. Yang penting adalah KOMITMEN! Ini seperti yang dia alami sekarang. Dia tidak pernah merasa kangen dengan pasangannya, dia tidak ada perasaan apa-apa ketika bertemu atau tidak. Hal ini berbeda sekali dengan apa yang dia alami dengan mantan pacarnya yang dia pacari selama 12 tahun. Benarkah hanya komitmen sudah cukup untuk mengikat suami istri? Benarkah hanya cukup dengan memenuhi syarat-syarat yang dibuat masing-masing pasangan maka hubungan itu akan berjalan baik?(seperti membuat paspor saja)

Aku pernah berkata kepada dia bahwa di dalam hidup ini ada satu kekuatan terbesar yaitu CINTA. Apa yang membuat orang membuat suatu komitmen? CINTA. Apa yang melatarbelakangi orang bisa setia dengan pasangannya? CINTA. Apa yang mengikat antara suami istri sehingga mereka saling menerima satu dengan yang lain TANPA SYARAT? CINTA.

Bagiku apabila tidak ada perasaan CINTA maka hubungan itu tinggal menghitung hari. Komitmen itu akan pudar dan syarat-syarat itu terasa begitu berat untuk memenuhinya. Siap-siaplah menghadapi neraka dunia itu seperti yang diceritakan banyak orang yang gagal membina hubungan suami istri.

Apabila tanpa CINTA namun hubungan itu tetap dipaksakan maka mereka menikah bukan seutuhnya namun hanya kawin secara OTAK.

Nomor berapa CINTA ada dalam hubungan Anda dengan pacar/istri?

Haha...Finally...It's All About MONEY

Barusan aku mendengar berita yang kurang enak namun aku menunggunya selama ini. Pernahkah kau alami?

Ketika aku kehilangan orang yang kukasihi tanpa sebab seakan aku bingung mencari jawab ke ujung dunia ini namun semua menutup mulutnya terkunci rapat. Waktu demi waktu aku jalani dengan penuh kebimbangan dalam melangkah. Hidup seakan sekadar hidup.Hari berlalu tanpa arti. Kejelasan itu sungguh berarti bagiku.

April kemaren kejelasan itu mulai tampak ketika dia bersanding dengan yang lain. Aku sedikit bisa merasakan apa yang kupikirkan selama ini. Mei, dia mulai berani berkata-kata tentang alasan kita berpisah dengan kalimat "salah satu alasan kenapa kita berpisah ya karena ini". Aku mulai menghitung berapa banyak alasan yang menjadi kesalahanku sehingga dia meninggalkan aku. Kalimat itu mulai sering terdengar di telingaku dan tak terasa lebih dari 5 kali terdengar. Ketika ada pembicaraan di lain waktu kalimat itu seolah tak dapat ditahan untuk bisa terdengar kembali dan begitu menusuk-nusuk hatiku karena aku tidak dapat membantahnya. Semakin sering terdengar memberiku petunjuk bahwa memang dia akan meninggalkan aku selamanya dan tak akan pernah kembali lagi.

Tadi kami sempat berbincang selama 1,5 jam di telepon. Ada satu hal yang membuatku menulis postingan ini. Dia sempat menyebutkan kalimat sakti itu kembali. Aku sempet berpikir bila sampai kapan kalimat itu berhenti. Benarkah segitu banyaknya kesalahanku dan ketidakcocokan kita? Kenapa tidak dari dulu dia memutuskan aku? kenapa dia tidak bercerita secara gamblang sebelum mengambil keputusan?Bukankah kita sudah terikat secara keluarga besar?Semudah itukah dia ambil keputusan? Pertanyaan yang seolah tidak mau kalah dengan kalimat sakti itu mulai bermunculan terus menerus tiada henti.

Haha.. finally she said that it's all about money..

Shit!

Kehilangan.........mu

Ada satu hal yang paling ditakutkan oleh semua manusia di bumi ini yaitu KEHILANGAN. Hal ini juga aku rasakan beberapa saat yang lalu ketika temenku harus meninggalkan Solo menuju Bandung dan (mungkin) tidak ada berjumpa dalam waktu yang agak lama. Sebut aza dia 'S'. S harus pergi ke Bandung kemudian melanjutkan ke kampung halamannya di Medan dan berencana hendak pergi kerja di Singapura. Kebersamaan bersama S masih teringat jelas di otakku ketika dari awal bertemu sampai saat itu. Bahkan ketika aku berlari-lari mengejar kereta just to say good bye kayak di sinetron aza. Sebenarnya bukan kehilangan ini saja yang pernah aku rasakan. Kepergian S ini mengingatkan aku akan peristiwa yang lalu dimana aku mengalami kehilangan terbesarku yang pernah aku alami.
Aku kehilangan sebagian hidupku karena orang yang telah bersamaku selama 15 th pergi meninggalkan aku. Bukan karena dia tidak setia atau jahat namun semua karena aku tidak sanggup menjaga dia.That's All! And so sad.....:(
Aku masih ingat peristiwa demi peristiwa yang bila aku ceritakan secara detil akan menjadi novel yang bersambung karena begitu panjang kisah itu diutarakan. Rasa kehilangan itu begitu pekat dan hitam. Serasa berontak agar kita bisa menghindarinya namun dia tidak dapat dicegah bahkan seakan menantang kita.
Secara garis besar manusia takut akan kehilangan harta, kesehatan dan orang yang dikasihinya. Aku jadi teringat peristiwa di Alkitab yang menceritakan tentang AYUB. Ayub adalah orang yang paling malang karena dia mengalami ketiga jenis kehilangan tersebut dan sama sekali bukan karena kesalahan yang dia lakukan. Namun Ayub bisa melewati peristiwa itu dengan berkata "Tuhan yang memberi Tuhan yang mengambil" tanpa salah.
Kita seringkali hanya merasakan salah satu jenis kehilangan saja sudah merasa seolah dunia berakhir disini. Pikirkan apa yang dirasakan Ayub ketika mengalami semuanya!Kita tidak ada apa-apanya bila dibandingkan.
Apabila kehilangan itu datang terimalah karena akan digantikan dengan yang lebih baik (baca kisah kelanjutan cerita Ayub). Jangan merasa dunia berakhir justru dunia yang baru menanti Anda untuk dijalani. Keep Figthing......

Kehilangan........mu